world of mine

This is a place to share my opinion about anything. All people may give their own comments for me.

Friday, April 28, 2006

MENGHARGAI KEUNIKAN ANAK



Setiap anak memiliki keunikan yang berbeda-beda. Oleh karena itu diharapkan orang tua dan pendidik dapat mengenali keunikan-keunikan tersebut dalam bentuk kecerdasan. Dahulu kita mengenal Intelligence Quotient (IQ) yang diperkenalkan oleh Alfred Binet, dimana IQ akan menentukan keberhasilan pendidikan anak. Sedangkan, pada saat ini Gardner telah mengenalkan kita dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligences) Setiap anak memiliki semua kecerdasan yang disebutkan oleh Gardner, dimana kecerdasan linguistik, logis-matematis, kinestetik-jasmani, musikal, antarpribadi, interpribadi dan naturalis diharapkan dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki manusia. Setiap anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan setiap kecerdasan yang mereka miliki dengan bimbingan orang tua dan guru. Mereka juga dapat menunjukkan kemampuan yang sesuai dengan kecerdasannya.

Seorang anak yang “bodoh” di dalam kelas, dimana selalu mendapat rangking terakhir bukanlah anak yang tidak cerdas. Setiap anak, pasti memiliki kecerdasan yang disebutkan oleh Gardner. Mungkin anak yang tertinggal tersebut tidak memiliki kecerdasan logis-matematis atau linguistik yang banyak dimaksimalkan di dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kemungkinan dia memiliki kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan antarpribadi, kecerdasaran interpribadi atau kecerdasan naturalis.

Anak anda mungkin senang menulis cerpen, puisi atau juga memiliki prestasi tinggi dalam mata pelajaran menulis. Dari kecenderungannya ini, anak tersebut memiliki kecerdasan linguistik (bahasa). Tapi, jika anda pernah diberi pertanyaan oleh seorang anak seperti “mengapa langit biru” atau “dimana akhir alam semesta”, maka anda perlu menyadari bahwa anak tersebut memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengikuti kecerdasan logis-matematisnya. Selain itu, seorang anak juga ada yang lebih senang menirukan gerakan orang lain dari pada menggambar. Jika dia senang bergerak menirukan orang lain maka ia memiliki kecerdasan kinestetik-jasmani. Kemudian, anak yang lebih senang menggambar dan menonjol dalam mata pelajaran seni memiliki kecerdasan spasial.

Setiap anak juga memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Gaya belajar yang lebih senang diiringi musik biasanya memiliki kepekaan terhadap musik. Menurut Armstrong (2002: 31), anak tersebut memiliki kecerdasan musikal yang perlu diasah dengan memberikan aktivitas belajar melalui musik.

Salah satu cara untuk melihat kecerdasan apa yang dimiliki seorang anak, kita bisa memperhatikan mereka saat bermain. Sering kali ketika bermain, anak lebih senang sendiri atau bergabung dengan teman-temannya. Jika dia lebih senang bersosialisasi dengan teman-temannya atau bahkan belajar bersama-sama, anak tersebut memiliki kecerdasan antarpribadi. Selain itu, anak yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah teman sebayanya juga memiliki kecerdasan ini. Tetapi, jika anak anda lebih senang belajar dan beraktivitas sendiri, maka dia memiliki kecerdasan interpribadi. Biasanya anak tersebut memperlihatkan sikap independen dan kemauan yang kuat.

Lingkungan alam di sekitar kita bisa dijadikan sebagai objek yang menarik bagi anak yang memiliki kecerdasan naturalis. Kecenderungan anak ini akrab dengan hewan peliharaannya atau tumbuhan yang dia rawat. Jangan heran, jika anak anda senang membawa pulang tumbuhan atau hewan untuk ditunjukkan kepada keluarganya.

Dari kedelapan kecerdasan tersebut, orang tua maupun pendidik perlu untuk menyadari adanya perbedaan kemampuan anak. Dari semua kecerdasan ini, anak dapat diarahkan sesuai dengan kecerdasan yang ia miliki. Sekolah, sebagai institusi yang mewadahi pendidikan perlu mempertimbangkan kecerdasan yang dimiliki anak supaya mereka dapat memperkuat kecerdasan yang mereka miliki.

GURUKU SAYANG, GURUKU MALANG



“Terima kasihku kuucapkan/ pada guruku yang tulus/ kan kuingat selalu nasehat guruku/terima kasihku kuucapkan” (Syair lagu Terima kasih, guruku)

Guru merupakan salah satu penopang pendidikan terpenting di sekolah. Mereka lah yang mengajar sekaligus mendidik siswa dari kegelapan menuju terangnya kehidupan. Ketika ada seseorang yang berhasil, maka tidak dapat lepas dari siapa saja yang ikut serta membimbingnya menuju cahaya kesuksesan. Maka sudah menjadi kewajiban anak didiknya untuk menyampaikan rasa terima kasih. Bentuk rasa terima kasih tidak selalu diwujudkan dengan memberi tetapi dapat diwujudkan dengan berbagai hal. Salah satunya adalah dengan ikut memperjuangkan nasib mereka.

Apa yang ada dalam benak kita ketika mendengar “guru”. Cerita tentang nasib guru bukanlah cerita yang membahagiakan dimana mereka dapat tersenyum lebar tetapi justru lebih dekat dengan kesedihan bahkan keputusasaan. Beberapa berita yang pernah kita ketahui melalui media tidak lepas dari rendahnya gaji guru, pemotongan ilegal di daerah-daerah bahkan ada beberapa guru di pelosok daerah yang seringkali menyisihkan gaji mereka bagi siswa yang tidak mampu membayar biaya sekolah.

Sampai saat ini, pembicaraan tentang kemalangan nasib guru tidak akan pernah usai jika kita tidak memberikan alternatif penyelesaian guna mengentaskan nasib kemalangan mereka. Bukankah dunia pendidikan tidak dapat berkembang jika tidak ada guru? Siapakah guru? Banyak orang yang menyebut pekerjaan guru sebagai pekerjaan yang kurang prestigious. Bahkan pekerjaan guru seringkali dijadikan sebagai alternatif akhir dalam menjalani profesi, jika tidak dapat di terima di instansi manapun. Hal ini juga merupakan sebuah refleksi terhadap kualitas guru.

Bagaimana kualitas guru yang ada di sekitar kita. Masih ingatkah kita saat-saat masuk sekolah dan diajarkan berbagai macam pelajaran? Mungkin ingatan kita tidak dapat lepas dari guru yang mengajar kita di dalam kelas terkadang justru mendapati kita malas dan cenderung ogah-ogahan mengikuti pelajaran. Siswa cenderung lebih senang jika kelas kosong dimana guru tidak mengajar atau mungkin hanya meninggalkan tugas.

Sebenarnya ada apa dengan guru ketika mengajar di kelas? Dari beberapa cerita guru, mereka menggambarkan bahwa beban mereka terkadang terlalu berat. Beban tersebut dirasa kurang sebanding dengan perolehan gaji mereka. Beban yang dirasa berat adalah mengajarkan mata pelajaran dengan muatan kurikulum yang kurang mereka kuasai. Di tambah lagi dengan keterbatasan pemahaman mereka akan metode dan teknik mengajar. Beberapa program in-service dan training mungkin sudah banyak digalakkan di sekolah-sekolah. Akan tetapi, hal ini justru dirasa semakin menekan mereka.

Beberapa hal memang perlu kita refleksikan bersama supaya dapat mengubah nasib guru. Salah satu wacana yang berkembang di masyarakat antara lain mengubah pola peningkatan kualitas guru melalui institusi penghasil guru, sistem rekruitmen guru, serta peningkatan kesejahteraan guru.

Tuesday, April 25, 2006

about love

It’s unbelievable

Suddenly you come

Without knocking my door

You give me wonderful days

You seemed different

At first, I only smiled

Then, you always knock my door

Saying something beautiful

You are always in my side when I need

You hug me when I cry

You laugh when I am happy

You always there

Sadly, you haven’t get into my door

So, I tried to run

But, I can’t…

The path seemed too long for me

Until you knock my door again and again

Now, let me open my door for you

Just come and see me

I’ll give the best smile I ever had